kaukusnews.id, MAKASSAR – Di timur Indonesia, Sulawesi Selatan, tiga sosok bersinar menjalin persahabatan yang melampaui batas waktu: Jusuf Kalla, Aksa Mahmud, dan Alwi Hamu. Ketiganya bukan hanya membangun karier masing-masing, tetapi juga memberikan kontribusi besar bagi bangsa.
Jusuf Kalla adalah seorang negarawan dan pengusaha ulung yang pernah menjabat sebagai Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Indonesia. Aksa Mahmud adalah seorang politikus sekaligus pengusaha visioner pendiri Bosowa Group. Sementara itu, Alwi Hamu dikenal sebagai jurnalis dan tokoh pers nasional yang mendirikan Fajar Grup.
Persahabatan mereka bermula di Makassar pada awal 1970-an, di mana ketiganya saling dipertemukan oleh mimpi besar: “membangun Sulawesi Selatan dan memajukan bangsa.” Ketiganya merupakan alumni Universitas Hasanuddin dan aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Dalam perjalanan panjang persahabatan itu, berbagai tantangan dan ujian berhasil mereka lalui dengan tetap saling mendukung.
Jusuf Kalla menapaki karier politik hingga menjadi Wakil Presiden Indonesia dua kali. Aksa Mahmud mengembangkan Bosowa Group menjadi salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia Timur. Alwi Hamu, melalui Fajar Grup, menghidupkan dunia jurnalistik dan media di kawasan timur Indonesia. Namun, persahabatan mereka bukan hanya soal pekerjaan, tetapi juga soal keluarga, nilai-nilai, dan kebersamaan.
Kepergian Alwi Hamu pada usia 80 tahun di RS Puri Indah, Jakarta, Sabtu, 18 Januari 2025, membawa duka mendalam. Mendengar kabar tersebut, Jusuf Kalla langsung mendatangi rumah sakit. Ia juga mengantar jenazah sahabatnya ke Makassar. Sementara itu, Aksa Mahmud yang berada di Makassar menunggu jenazah di rumah duka di Jalan Kapten Pierre Tendean, Kecamatan Tallo.
Keduanya, Jusuf Kalla dan Aksa Mahmud, turut menyolatkan jenazah Alwi Hamu di Masjid Al-Markaz Al-Islami sebelum mengantarnya ke tempat peristirahatan terakhir di Pekuburan Keluarga Haji Kalla, Kecamatan Biringkanaya, pada Minggu, 19 Januari 2025.
Jusuf Kalla mengenang persahabatannya dengan Alwi Hamu yang telah terjalin selama kurang lebih 60 tahun, sejak masa kuliah di Universitas Hasanuddin. “Saya sudah 40 tahun lebih, 50 tahun bersama. Sejak tahun 60-an. 60 tahun bersahabat dengan dia,” ungkap JK.
Selain berteman, mereka juga saling mendukung dalam membangun bisnis masing-masing. Saat Jusuf Kalla menjabat sebagai Wakil Presiden, Alwi Hamu mendampinginya sebagai staf khusus. “Dia ikut saya waktu Wapres. Selalu ikut saya,” kenangnya.
Aksa Mahmud pun menceritakan perjalanan persahabatan mereka, termasuk kesepakatan membangun gedung-gedung tinggi di Makassar. Alwi melalui Fajar Grup membangun Graha Pena, Aksa mendirikan Menara Bosowa, dan Jusuf Kalla membangun Wisma Kalla. Ketiganya saling bercanda mengenai siapa yang memiliki gedung tertinggi, bahkan melanjutkan persaingan tersebut ke jabatan tertinggi di pemerintahan.
Kepergian Alwi Hamu menjadi kehilangan besar, terutama bagi dunia pers. Ia dikenal sebagai penggagas media cetak terbesar di luar Pulau Jawa. Sejumlah pejabat, termasuk Menteri Agama Nasruddin Umar, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Pj Gubernur Sulbar Bahtiar Baharuddin, dan Pj Gubernur Sulsel Prof Fadjry Djufry, turut menyampaikan belasungkawa.
Kepergian Alwi Hamu tidak hanya meninggalkan duka bagi sahabat-sahabatnya, tetapi juga bagi bangsa yang kehilangan seorang tokoh pers yang berjasa dalam mencerdaskan masyarakat Indonesia.