Oleh : Hasan, Fahresi, dan Rafy (Kader HMI Komisariat FTI UMI)
SEBUAH kapal pasti banyak menerjang derasnya ombak dan menghadapi berbagai macam cuaca yang tak biasa, namun demi mencapai pelabuhan tujuan seorang nahkoda harus mampu menjawab persoalan yang terjadi di tengah lautan lepas, tanggung jawab berada dipundaknya karena harus memikirkan keselamatan para awak dan penumpang kapal. Begitupun organisasi kemahasiswaan khususnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), yang seharusnya mampu menjawab perubahan dan tantangan kompleks demi keselamatan umat dan bangsa.
Transformasi kepemimpinan dalam tubuh HMI khususnya di ranah komisariat adalah sebuah langkah strategis yang esensial dalam menghadapi tantangan zaman ini. Cipta ideal dalam sebuah kepemimpinan bukan hanya tentang gambaran atau visi tentang kepemimpinan yang efektif, beretika dan membawa dampak positif bagi organisasi dan para anggotanya. Cipta ideal dalam kepemimpinan bukan hanya tentang mencapai tujuan jangka pendek, tetapi juga tentang membangun fondasi yang berkelanjutan dan inklusif, sehingga ini adalah waktu yang tepat untuk komisariat menerapkan model kepemimpinan yang berorientasi pada inovasi, partisipasi dan integritas.
Tapi kemudian seiring berjalannya waktu esensi dari pada lahirnya organisasi ini sudah mulai berubah. Sistem politik kotor yang sering di gunakan oleh oknum yang secara kebetulan juga merupakan kader dari HMI. Secara tidak langsung membuat marwah organisasi ini memudar. Jika dihadapkan dengan kondisi sekarang ini, eksistensi organisasi ini mulai kurang bercahaya lagi dimata masyarakat. Kita semua pasti bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada organisasi yang sering disebut Insan Cita. Adakah yang salah dalam proses kaderisasi serta perkaderan yang dilakukan setiap komisariat. Dimana komisariatlah yang bertanggung jawab penuh terhadap kader baru organisasi ini untuk mengakses lebih dalam lagi mengenai esensi dari tujuan HMI itu sendiri.
Salah satu kunci dalam transformasi kepemimpinan adalah terkait inklusifitas, yang dimana kepemimpinan inklusif berarti seorang pemimpin harus terbuka terhadap berbagai pandangan dan menghargai keragaman ide serta latar belakang para anggotanya. Dalam konteks HMI ini sama halnya dengan memberikan ruang bagi semua anggota untuk berkontribusi, mendengarkan dan membuat keputusan yang dapat mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Pemimpin dengan integritas tinggi akan selalu bertindak jujur dan transparan dan konsisten antara kata dan perbuatannya dikarenakan kepercayaan anggota terhadap pemimpin sangat bergantung pada integritas tersebut.
Namun, transformasi kepemimpinan ini tidak akan berhasil jika kurangnya komitmen dan kesadaran dari seluruh anggota komisariat yang dimana setiap anggota mempunyai tanggung jawab untuk memberi dukungan serta kontribusi dalam proses transformasi. Secara singkatnya, transformasi kepemimpinan di komisariat merupakan satu langkah yang sangat mendesak yang dimana nantinya akan mampu menghadapi tantangan masa depan serta menciptakan dampak positif bagi seluruh masyarakat.
Jika berbicara persoalan kepemimpinan serta proses kaderisasi yang ada di HMI itu sendiri, tentu semua bermula dari komisariat. Dimana komisariatlah yang menjadi rumah pertama bagi setiap kadernya. Melihat kondisi yang diperhadapkan sekarang, banyak dari komisariat hanya sekedar menjalakan pengkaderan sebagai penunaian kewajiban dalam program kerjanya saja. Lalu setelah itu apalagi? Pantas saja banyak kemudian dari kader HMI itu sendiri tak paham esensi sebenarnya dari pada tujuan HMI yang mereka lafalkan pada saat basic training. Layaknya seorang ibu, Komisariat yang harusnya menjadi rumah pertama sebagai pemantik untuk menciptakan kader yang berkualitas, berintegritas, dan siap berkontribusi positif bagi masyarakat.
Melihat tema Rapat Anggota Komisariat HMI Komisariat Teknologi Industri Ke-XVIII “Tranformasi Kepemimpinan Cipta Ideal Komisariat” artinya kita sedang menuju pada perubahan dalam kepemimpinan komisariat. Berbicara tentang seorang yang kemudian ideal dalam memimpin komisariat kita akan melihat kapabilitas dari setiap kader yang berkeinginan menjadi sebuah pemimpin di komisariat itu sendiri, pertanyaannya seperti apa kader yang ideal dalam memimpin sebuah komisariat?
Seorang kader yang pantas untuk menduduki posisi tertinggi atau sebagai ketua komisariat, adalah kader yang mengetahui arah, tujuan dari komisariat itu sendiri. Seperti yang kita ketahui komisariat adalah awal dari perjalan sebelum memasuki Cabang, Badko bahkan Pengurus Besar HMI. dalam proses kaderisasi di Himpunan Mahasiswa Islam, artinya dari peran komisariat sangatlah penting untuk menuntun kader-kader yang menempuh proses kaderisasi di HMI.
Seseorang yang memimpin di komisariat harus mengetahui peta arah tujuan dari sebuah komisariat seperti halnya sebuah kapal yang berlayar di sebuah lautan sang nahkoda kapal harus mengetahui sebuah peta yang menjadi tujuan kapal tersebut, jikalau sebuah nahkoda kapal tersebut tidak mengetahui peta yang kemudian menjadi arah tujuan kapal tersebut, maka kapal tersebut tidak akan sampai pada tujuan yang sebenarnya. Untuk itu peran sebuah nahkoda sangat dibutuhkan oleh penumpang yang kemudian ikut berlayar di sebuah kapal, penumpang memberikan harapan yang besar ke sang nahkoda untuk bagaimana mereka bisa di antar dengan selamat. Pemimpin sebuah komisariat harus paham orientasi dalam sebuah komisariat. Di dalam konsitusi HMI sudah di atur sedemikian rupa agar para kader memiliki arah tujuan dalam proses kaderisasi di Himpunan Mahasiswa Islam.